A. Latar
Belakang
Kata
kebudayaan terdiri dari kata sanskerta buddhayah,yaitu bentuk jamak dari “budi”
atau “akal”. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan yaitu hal-hal yang
bersangkutan dengan akal”. Ada sarjana lain yang mengupas kata budaya sebagai
suatu suatu perkembangan dari majemuk budi – daya,yang berarti “daya dari budi”.
Oleh karena itu mereka membedakan “budaya” dari “kebudayaan”. Demikian “budaya”
adalah “daya dari budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan
adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa itu. Menurut ilmu antropologi
kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,tindakan dan hasil karya manusia
dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
belajar.
Menurut
Linte masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan
bekerjasama sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentan
g dirinya sebagai satu kesatuan social dengan batas-batas tertentu.
Hampir
seluruh tindakan manusia adalah kebudayaan karena hanya amat sedikit tindakan
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang tak perlu dibiasakannya dengan
belajar,yaitu hanya beberapa tindakan naluri yang rileks, beberapa tindakan
akibat proses fisiologi. Bahkan berbagai tindakan yang merupakan kemampuan
naluri yang terbawa oleh makhluk manusia dalam gen-nya bersama kelahirannya
(misalnya makan,minum atau berjalan dengan kedua kakinya).
B.
Rumusan masalah
-
Apa sajakah faktor yang mempengaruhi
perkembangan masyarakat dan budaya lokal?
-
Apa sajakah hubungan antara perkembangan
masyarakat dan budaya lokal?
C.
Tujuan :
-
Mengetahui apa saja factor yang
mempengaruhi perkembangan masyarakat dan budaya lokal
-
Mengetahui apa hubungan antara
perkembangan masyarakat dan budaya lokal
A. Faktor
Yang Memengaruhi Perkembangan Masyarakat dan Budaya Lokal
Setiap
masyarakat dan budayanya mempunyai faktor penyebab yang memengaruhi terjadinya
perkembangan kebudayaan lokal. Adapun ciri masyarakat adalah:
1. Punya
tradisi
2. Punya
tujuan yang tetap
3. Punya
pranata sosial
4. Dan
tinggal dalam jangka waktu yang lama.
Dan disetiap masyarakat mempunyai
kebudayaan masing-masing yang khas sesuai dengan karakteristik tingkah laku dan
religi masyarakatnya. Misalnya menurut Koentjaraningrat dalam sebuah
karangannya berjudul Pengantar Ilmu Antropologi (1979) dalam batas
wilayah Negara Indonesia ada daerah Sumatera Utara dengan suku bangsa Aceh yang
dominan Islam dan suku bangsa Batak-Toba yang dominan Kristen. Dimana
masing-masing kebudayaan yang terkandung sesuai didalamnya mencrminkan jati
diri mereka.
Adapun
faktor penyebab terjadi perkembangan tersebut antara lain menurut Dr. H. TH.
Fischer, Maha guru ‘Rijks-Universiteit Utrecht dalam bukunya yang berjudul Pengantar
Anthropologi kebudayaan Indonesia (1980) yaitu:
1.
Kitaran Geografis (geografisch).
Bahwa keadaan-keadaan
geigrafis yang meliputi sesuatu bangsa atas kebudayaannya demikian jelasnya.
Contoh: Di daerah yang
kaya akan kayu kita temukan rumah-rumah kayu.
2.
Letak Georafis
Berhubungan dengan
Iklim geografis setempat, apakah suatu kebudayaan itu berkembang di daerah
Tropis atau di daerah Kutub yang berpengaruh kepada kebudayaan berpakaian,
Contoh: Masyarakat
daerah tropis budaya berpakaiannya menggunakan pakaian tipis,sedangkan daerah
kutup budaya pakaiannya menggunakan kulit binatang.
3.
Faktor Induk-Bangsa.
Induk bangsa adalah
jenis yang menjadi asal suatu rumpun bangsa.
Contoh
salah satu unsur induk bangsa yang kita jumpai di Indonesia adalah Weddid yang
berasal dari bangsa wedda, dengan ciri-ciri: rambut berombak tegang dan
lengkung alis yang agak menjorok ke depan. Di Indonesia tipe ini dijumpai di
Semenanjung barat daya Sulawesi (Toala,Tomuna dan Tokea).
4.
Saling kontak antar bangsa dengan kebudayaan.
Saling kontak antar bangsa dengan
kebudayaan merupakan perpindahan bangsa-bangsa. hal ini dapat menyebabkan benturan
kebudayaan antar bangsa-bangsa yang bersentuhan.
Perkembangan kebudayaan berkaitan erat dengan
perkembangan masyarakat,
perkembangan
kebudayaan suatu masyarakat antara lain dipengaruhi oleh :
a. Tingkat pendidikan
masyarakat
b. Komposisi
penduduk/masyarakat
c. Kondisi
geografis/wilayah
d. Pola interaksi
masyarakat dengan dunia luar
Faktor-faktor diatas hanya merupakan hal pokok yang
mempengaruhi perkembangan
kebudayaan
suatu masyarakat. Lebih lanjut Tukiman Taruna dalam Sindhunata (2000:176)
mengungkapkan
empat hal yang terkandung dalam pengembangan masyarakat, yaitu:
a.
Konsep keswadayaan,
b.
Inisiatif harus datang dari masyarakat/komunitas sendiri,
c.
Adanya agen perubahan (pemerintah, LSM,dan sebagainya),
d.
Adanya pemanfaatan dan pendekatan-pendekatan teknis berbasis pada potensi lokal.
Kaitan antara pendidikan dan kebudayaan bisa
dipahami dalam beberapa segi, antara lain dapat kita sadari bahwa tanpa ada
suatu proses pendidikan maka kebudayaan suatu masyarakat juga
tidak
akan berkembang.
Beberapa ahli seperti Ki Hadjar
Dewantara, Koenjaraningrat dan
sebagainya
sangat intens untuk menyatakan hubungan yang terjalin antara pendidikan dan
kebudayaan.
John Gillin dalam Tilaar (2000:51) menyampaikan
perkembangan kepribadian manusia
sebagai
berikut:
a.
Kebudayaan memberikan kondisi yang disadari dan yang tidak disadari untuk belajar.
b.
Kebudayaan mendorong secara sadar ataupun tidak sadar akan reaksi-reaksi
kelakuan tertentu. Jadi kebudayaan merupakan perangsang terbentuknya kelakuan-kelakuan
tertentu.
c.
Kebudayaan mempunyai sistem “reward and punishment” terhadap
kelakuan-kelakuan tertentu.
d. Kebudayaan cenderung mengulang
bentuk-bentuk kelakuan tertentu melalui proses belajar.
Pola kehidupan yang dianut pada suatu masyarakat
lama kelamaan akan mengendap,
mengakar
dan mendarah daging hingga akhirnya membudaya menjadi sebuah tatanan yang
dianut
dan disepakati serta dijunjung oleh masyarakat tersebut.
B.
Hubungan
Perkembangan dalam Konteks Masyarakat dan Budaya Lokal Kebudayaan
a) Peralatan
dan Perlengkapan Hidup (Teknologi)
Teknologi
menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan
perlengkapan. Teknologi muncul dalamcara-cara manusia mengorganisasikan
masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam
memproduksi hasil-hasil kesenian.
b) Masyarakat
kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian
paling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga sistem
peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu:
· alat-alat
produktif
· senjata
· wadah
· alat-alat
menyalakan api
· makanan
· pakaian
· tempat
berlindung dan perumahan
· alat-alat
transportasi
· Sistem
Mata Pencaharian Hidup
c) Perhatian
para ilmuwan pada sistem mata pencaharian. Hal ini terfokus pada
masalah-masalah mata pencaharian tradisional saja, di antaranya:
· berburu
dan meramu
· beternak
· bercocok
tanam di ladang
· menangkap
ikan
d) Sistem
Kekerabatan dan Organisasi Sosial
Sistem
kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. Meyer
Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat
dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang
bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga
yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan
terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek,
nenek dan seterusnya. Dalam kajian sosiologi-antropologi, ada beberapa macam
kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil hingga besar seperti
keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat. Di masyarakat umum kita
juga mengenal kelompok kekerabatan lain seperti keluarga inti, keluarga luas,
keluarga bilateral, dan keluarga unilateral.
Sementara itu, organisasi sosial adalah
perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum
maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi
masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu
hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.
a. Bahasa
Bahasa
adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling
berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan
(bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada
lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan
diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus
mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.
Bahasa
memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi
khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi,
berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial.
Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam
pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah
kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
b. Kesenian
Kesenian
mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat
manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai
makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak
kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.
c. Sistem
Kepercayaan
Ada
kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai
dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan
akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga
mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya. Sehubungan dengan
itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat
dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta.
Agama
dan sistem kepercayaan lainnya seringkali terintegrasi dengan kebudayaan. Agama
(bahasa Inggris: Religion, yang berasar dari bahasa Latin religare,
yang berarti “menambatkan”), adalah sebuah unsur kebudayaan yang penting dalam
sejarah umat manusia. Dictionary of Philosophy and Religion (Kamus
Filosofi dan Agama) mendefinisikan Agama sebagai berikut:
…
sebuah institusi dengan keanggotaan yang diakui dan biasa berkumpul bersama
untuk beribadah, dan menerima sebuah paket doktrin yang menawarkan hal yang
terkait dengan sikap yang harus diambil oleh individu untuk mendapatkan
kebahagiaan sejati.[3]
Agama
biasanya memiliki suatu prinsip, seperti “10 Firman” dalam agama Kristen atau
“5 rukun Islam” dalam agama Islam. Kadang-kadang agama dilibatkan dalam sistem
pemerintahan, seperti misalnya dalam sistem teokrasi. Agama juga mempengaruhi
kesenian.
o
Agama Samawi
Tiga
agama besar, Yahudi, Kristen dan Islam, sering dikelompokkan sebagai agama
Samawi atau agama Abrahamik.Ketiga agama tersebut memiliki sejumlah
tradisi yang sama namun juga perbedaan-perbedaan yang mendasar dalam inti
ajarannya. Ketiganya telah memberikan pengaruh yang besar dalam kebudayaan
manusia di berbagai belahan dunia.
Yahudi
adalah salah satu agama, yang jika tidak disebut sebagai yang pertama, adalah
agama monotheistik dan salah satu agama tertua yang masih ada sampai sekarang.
Terdapat nilai-nilai dan sejarah umat Yahudi yang juga direferensikan dalam
agama Abrahamik lainnya, seperti Kristen dan Islam. Saat ini umat Yahudi
berjumlah lebih dari 13 juta jiwa.
Kristen (Protestan dan Katolik) adalah
agama yang banyak mengubah wajah kebudayaan Eropa dalam 1.700 tahun terakhir.
Pemikiran para filsuf modern pun banyak terpengaruh oleh para filsuf Kristen
semacam St. Thomas Aquinas dan Erasmus. Saat ini diperkirakan terdapat antara
1,5 s.d. 2,1 milyar pemeluk agama Kristen di seluruh dunia.
Islam memiliki nilai-nilai dan norma
agama yang banyak mempengaruhi kebudayaan Timur Tengah dan Afrika Utara, dan
sebagian wilayah Asia Tenggara. Saat ini terdapat lebih dari 1,5 milyar pemeluk
agama Islam di dunia.
o
Agama dan Filosofi dari Timur
Agama
dan filosofi seringkali saling terkait satu sama lain pada kebudayaan Asia.
Agama dan filosofi di Asia kebanyakan berasal dari India dan China, dan
menyebar di sepanjang benua Asia melalui difusi kebudayaan dan migrasi.
Hinduisme
adalah sumber dari Buddhisme, cabang Mahāyāna yang menyebar di sepanjang utara
dan timur India sampai Tibet, China, Mongolia, Jepang dan Korea dan China
selatan sampai Vietnam. Theravāda Buddhisme menyebar di sekitar Asia Tenggara,
termasuk Sri Lanka, bagian barat laut China, Kamboja, Laos, Myanmar, dan
Thailand.
Agama
Hindu dari India, mengajarkan pentingnya elemen nonmateri sementara sebuah
pemikiran India lainnya, Carvaka, menekankan untuk mencari kenikmatan di dunia.
Konghucu
dan Taoisme, dua filosofi yang berasal dari Cina, mempengaruhi baik religi,
seni, politik, maupun tradisi filosofi di seluruh Asia.
Pada
abad ke-20, di kedua negara berpenduduk paling padat se-Asia, dua aliran
filosofi politik tercipta. Mahatma Gandhi memberikan pengertian baru tentang
Ahimsa, inti dari kepercayaan Hindu maupun Jaina, dan memberikan definisi baru
tentang konsep antikekerasan dan antiperang. Pada periode yang sama, filosofi
komunisme Mao Zedong menjadi sistem kepercayaan sekuler yang sangat kuat di
China.
o
Agama Tradisional
Agama tradisional, atau kadang-kadang disebut
sebagai “agama nenek moyang”, dianut oleh sebagian suku pedalaman di Asia,
Afrika, dan Amerika. Pengaruh bereka cukup besar; mungkin bisa dianggap telah
menyerap kedalam kebudayaan atau bahkan menjadi agama negara, seperti misalnya
agama Shinto. Seperti kebanyakan agama lainnya, agama tradisional menjawab
kebutuhan rohani manusia akan ketentraman hati di saat bermasalah, tertimpa
musibah, tertimpa musibah dan menyediakan ritual yang ditujukan untuk
kebahagiaan manusia itu sendiri.
o
“American Dream”
American
Dream, atau “mimpi orang Amerika” dalam bahasa Indonesia, adalah sebuah
kepercayaan, yang dipercayai oleh banyak orang di Amerika Serikat. Mereka
percaya, melalui kerja keras, pengorbanan, dan kebulatan tekad, tanpa
memedulikan status sosial, seseorang dapat mendapatkan kehidupan yang lebih
baik. [9] Gagasan ini berakar dari sebuah keyakinan bahwa Amerika
Serikat adalah sebuah “kota di atas bukit” (atau city upon a hill”),
“cahaya untuk negara-negara” (“a light unto the nations”), yang memiliki
nilai dan kekayaan yang telah ada sejak kedatangan para penjelajah Eropa sampai
generasi berikutnya.
d. Pernikahan
Agama
sering kali mempengaruhi pernikahan dan perilaku seksual. Kebanyakan gereja
Kristen memberikan pemberkatan kepada pasangan yang menikah; gereja biasanya
memasukkan acara pengucapan janji pernikahan di hadapan tamu, sebagai bukti
bahwa komunitas tersebut menerima pernikahan mereka. Umat Kristen juga melihat
hubungan antara Yesus Kristus dengan gerejanya. Gereja Katolik Roma mempercayai
bahwa sebuah perceraian adalah salah, dan orang yang bercerai tidak dapat
dinikahkan kembali di gereja. Sementara Agama Islam memandang pernikahan
sebagai suatu kewajiban. Islam menganjurkan untuk tidak melakukan perceraian,
namun memperbolehkannya.
e. Sistem
Ilmu dan Pengetahuan
Secara
sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang
benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan dimiliki oleh semua
suku bangsa di dunia. Mereka memperoleh pengetahuan melalui pengalaman,
intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau percobaan-percobaan yang
bersifat empiris (trial and error).
Sistem
pengetahuan tersebut dikelompokkan menjadi:
§ pengetahuan
tentang alam
§ pengetahuan
tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan di sekitarnya
§ pengetahuan
tentang tubuh manusia, pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku sesama
manusia
§ pengetahuan
tentang ruang dan waktu
Daftar Pustaka
Koentjaraningrat,
Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru. 1979
Fischer,
Dr. TH. Mahaguru ‘Rijks – Universiteit Utrecht. Pengantar Antropologi
Kebudayaan Indonesia. PT Pembangunan. 1980
Koentjaraningrat, Prof.
Dr. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat. 1992
http://id.wikipedia.org/wiki/Penduduk
http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar